KESEHATAN MENTAL
A. Pengertian
Kesehatan Mental
Kesehatan
mental memiliki sejumlah pengertian, kalangan klinisi berpandangan bahwa sehat
mentalnya jika terbebas dari gangguan dan sakit mental. Pengertian yang lain
lebih menekankan pada kemampuan individual dalam merespon lingkungannya. Selain
itu juga ada yang menekankan pada pertumbuhan dan perkembangan yang positif.
Kesehatan
mental adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan
orang lain, dan dengan masyarakat di aman ia hidup. Kesehatan mental tidak
hanya jiwa yang sehat berada dalam tubuh yang sehat (means sana in corpore
sano), tetapi juga suatu keadaan yang berhubungan erat dengan seluruh
eksistensi manusia. Itulah suatu keadaan kepribadian yang bercirikan kemampuan
seseorang untuk menghadapi kenyataan dan untuk berfungsi secara efektif dalam
suatu masyarakat yang dinamik.
Jadi orang
yang bermental sehat adalah orang yang dapat menguasai segala faktor dalam
hidupnya sehingga ia dapat mengatasi kekalutan mental sebagai akibat dari
tekanan-tekanan perasaan dan hal-hal yang menimbulkan frustasi.
Kesehatan
mental secara relatif sangat dekat dengan integritas jasmaniah-rohaniah yang
ideal. Kehidupan psikisnya stabil, tidak banyak memendam konflik internal,
suasana hatinya tenang dan jasmaniahnya selalu sehat. Mentalitas yang sehat
dimanifestasikan dalam gejala;tanpa gangguan batin, dan posisi pribadinya
harmonis/seimbang, baik ke dalam (terhadap diri sendiri), maupun keluar
(terhadap lingkungan sosialnya). Ciri-ciri khas pribadi yang bermental sehat
antara lain:
1.
Ada
koordinasi dari segenap usaha dan potensinya, sehingga orang mudah mengadakan
adaptasi terhadaptuntutan lingkungan standar, dan norma sosial, serta terhadap
perubahan-perubahan sosial yang serba cepat.
2.
Memiliki
integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadian sendiri, sehingga mampu
memberikan partisipasi aktif kepada masyarakat.
3.
Senantiasa
giat melaksanakan proses realisasi diri (yaitu mengembangkan secara riil
segenap bakat dan potensi), memiliki tujuan hidup dan selalu mengarah pada
transendensi diri, berusaha untuk melebihi keadaan/kondisinya yang sekarang.
4.
Bergairah,
sehat lahir batin, tenang dan harmonis kepribadiannya, serta mampu menghayati
kenikmatan dan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya.
B. Prisip-Prinsip
Kesehatan Mental
Ialah
fundamen (dasar-dasar) yang harus ditegakan manusia guna mendapatkan kesehatan
mental dan terhindar dari gangguan kejiwaan. Diantara prinsip tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Gambaran
dan sikap yang baik terhadap diri sendiri
Memiliki
gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri (self image) merupakan
dasar dan syrat utama untuk mendapatkan kesehatan mental. Orang yang memiliki self image memiliki kemampuan
menyesuaikan diri, dengan dirinya sendiri dan orang lain, alam lingkungan,
serta Tuhan. Self image dapat diperoleh antara lain dengan cara bersedia
menerima diri sendiri dengan apa adanya, serta yakin dan percaya kepada diri
sendiri.
2. Keterpaduan
atau integrasi diri
Keterpaduan
diri berarti adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri,
kesatuan pandangan (falsafah) dalam hidup, dan kesanggupan mengatasi stres
(ketegangan emosi) orang yang memiliki keseimbangan diri berarti orang yang
seimbang kekuatan id, ego, dan super egonya.
Orang yang
memiliki kesatuan pandangan hidup adalah orang yang memperoleh makna dan tujuan
dari kehidupannya. Sedangkan orang yang mampu mengatasi stress berate orang
yang mapmu atau sanggup memenuhi kebutuhannya, ketika mendapatkan hambatan
mampu menyesuaikan diri, seta menemukan cara baru dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Perwujudan
diri
Perwujudan
(aktualisasi) diri sebagai prose kematangan diri dapat berarti sebagai
kemampuan mempergunakan potensi jiwa dan memiliki gambaran, sikap yang baik
terhadap diri sendiri, serta peningkatan motivasi dan semangat hidup.
Pentingnya
aktualisasi diri dalam kesehatan mental antara lain dilaksanakan oleh Reiff.
Menurutnya, orang yang sehat mentalnya ialah orang yang mampu
mengaktualisasikan diri, atau mewujudkan potensi yang dimilikinyadan memenuhi
kebutuhannya dengan cara baik dan memuaskan.
Sebaliknya
orang yang tidak sehat mentalnya ialah orang yang tidak mampu mewujudkan
potensi dan kebutuhan dirinya. Ia merasa kehilangan kekuatan diri hidup dalam
alam yang serba terbatas, serta tidak berorientasi pada masa depan. Kemudian
akan berpotensi untuk kehilangan arah dan tujuan hidupnya.
4. Berkemampuan
menerima orang lan, melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan tempat tinggal
Kemampuan
menerima orang lain, berarti kesedian menerima kehadiran, mencintai,
mengahargai, menjalin persahabatan dan memperlaukan orang lain dengan baik. Melakukan
aktivitas sosial berarti bersedia berkerja sama dengan masyarakat dalam
melakukan pekerjaan tersebut yang menggugah hati dan tidak menyendirir dari
masyarakat. Menyesuaikan diri dengan lingkungan berarti usaha untuk mendapatkan
rasa aman, dan bahagia dalam hidup bermasyarakat di lingkungan tempat
tinggalnya. Manusia yang memiliki kemampuan tersebu berarti manusia yang sehat
mentalnya.
5. Beminat
dalam tugas dan pekerjaan
Setiap
manusia haruslah berminat dalam tugas dan pekerjaan yang ditekuninya. Dengan
demikian, dia dapat merasakan kebahagian dalam dirinya dan mengurangi beban
penderitaannya. Tanpa adanya minat, manusia sulit untuk dapat merasakan gembira
dan bahagia dalam tugas dan pekerjaannya. Pribadi yang sehat dan normal adalah
orang yang aktif, produktif, dan berminat dalam tugas dan pekerjaannya.
6. Agama,
cita-cita, dan falssafah hidup
Untuk
pembinaan dan pengembangan kesehatan mental manusia membutuhkan agama,
seperangkat cita-cita yang konsisten, dan pandangan hidup yang kukuh. Dengan
agama manusia dapat terbantu dalam mengatasi persoalan hidup yang berada diluar
kesanggupan dirinya, sebagai manusia yang lemah.
Dengan
cita-cita, manusia dapat bersemangat dan bergairah dalam perjuangan hidup yang
berotientasi dalam kehidupan secara tertib, dan mengadakan perwujudan diri yang
baik. dengan falsafah hidup manusia dapan mengahadapi tantangan yang
dihadapinya dengan mudah.
7. Pengawaan
diri
Mengadakan
pengawasan terhadap hawa nafsu atau dorongan dan keinginan, serta kebutuhan
oleh akal pikiran merupakan hal pokok dari kehidupan manusia dewasa yang
bermental sehat mampu mengimbangi tingkah lakunya.
8. Rasa
benar dan tanggung jawab
Rasa benar
dan tanggung jawab penting bagi manusia dalam bertingkah laku, karena sebaga
individu selalu ingin bebas dari rasa salah, dosa, dan kecewa.
Ada tiga
langkah yang harus ditempuh seseorang dalam mencapai kondisi kesehatan mental
yang baik, pengobatan (penyembuhan), pencegahan dan pembinaan. Langkah-langkah
ini sama dengan langkah-langkah yang ditempuh kesehatan jasmani dalam mencapai
kesehatannya, karena antara kesehatan jasmani dan keshatan mental banyak
terdapat persamaan, baik dalam pengertian, maupun dalam metode.
a.
Pengobatan
(penyembuhan)
Usaha-usaha yang
dilakukan untuk menyembuhkan dan merawat orang yang terganggu dan sakit
mentalnya, sehingga ia dapat menjadi sehat dan wajar kebali.
b. Pencegahan
Metode yang digunakan
oleh seseorang dalam menghadapi dirinya sendiri dan orang lain untuk meniadakan
atau mengurangi gangguan kejiwaan, sehingga ia dapat menjaga dirinya dan orang
lain dari kemungkinan jatuh kepada kegoncangan bhatin dan ketidaktentraman
jiwa. Usaha ini di samping usaha pribadi setiap orang, juga termasuk usaha
pengusaha atau pemerintah untuk memperbaiki dan mempertinggi sistem kebudayaan
dan peradaban.
c.
Pembinaan
Usaha pembinaan ini di
samping betujuan untuk menjaga kondisi kesehatan mental yang sudah seimbang dan
baik, juga meliputi cara yang ditempuh untuk meningakatkan kemampuannya untuk
mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi yang ada padanya seoptial
mungkin, seperti apa yang dilakukan orang untuk memperkuat ingatan, fantasi,
kemauan, dan kepribadiannya.
Dalam sumber lain menyebutkan bahwa
prinsip-prinsip kesehatan mental antara lain:
·
Maslow menyebutnya dengan
self-actualization, yaitu:
1.
Rasa
aman yang memadai
2.
Kemampuan
menilai diri sendiri yang memadai
3.
Memiliki
spontanitas dan perasaan yang memadai dengna orang lain
4.
Mempunyai
kontak dengan efisien dengan realitas
5.
Keinginan-keinginan
jasmani yang memadai dan kemampuan untuk memuaskannya
6.
Mempunyai
kemampuan pengetahuan yang wajar
7.
Kepribadian
yang utuh dan konsisten
8.
Memiliki
tujuan hidup yang wajar
9.
Kemampuan
untuk belajar dari pengalaman
10. Kemampuan memuaskan tuntutan kelompok
11. Mempunyai emansipasi yang memadai dari
kelompok atau budaya
·
Carl Rogers menyebutnya dengan fully
functioning (pribadi yang berfungsi sepenuhnya)
1.
Terbuka
terhadap pengalaman
2.
Ada
kehidupan pada dirinya
3.
Kepercayaan
pada organismenya
4.
Kebebasan
berpengalaman
5.
Kreativitas
·
Golden Allport (1950) menyebutnya
dengan maturity personality
1.
Memiliki
kepekaan pada diri secara luas
2.
Hangat
dalam berhubungan dengan orang lain
3.
Keamanan
emosional atau penerimaan diri
4.
Persepsi
yang realistik, keterampilan dan pekerjaan
5.
Mampu
menilai diri secara objeltif dan memahami humor
6.
Menyatunya
filosofi hidup
·
Richard T. Kinnier (dalam Capuzzi
& Gross, 1997)
1.
Menerima
diri sebagaimana adanya (self-aceptance)
Pada umumnya, orang yang
sehat mentalnya dapat menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya dan mempunyai
self-esteem yang positif, tetapi jangan sampai berlebih-lebihan. Self-esteem
merupakan essential component mengenai mental yang sehat (Allport, 1961;
Maslow, 1970; Rogers, 1961 dalam Capuzzi & Gross, 1997). Self-esteem yang
negatif dapat menimbulkan berbagai masalah sehingga keadaan mental kurang baik
atau kurang sehat. Menerima keadaan diri sebagaimana adanya juga berarti
menerima diri dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
2.
Mengerti
tentang keadaan diri (self-knowledge)
Orang yang mentalnya sehat mengerti
dengna baik tentang keadaan dirinya. Orang akan sadar, baik mengenai
perasaannya, motivasinya, kemampuan berpikirnya, maupun aspek-aspek mentalnya
yang lain.
3.
Self-confidence
dan self control
Orang yang sehat mentalnya mempunyai
percaya diri (self confidence) dan kontrol diri (self-control). Merek adapat
independen bila diperlukan dan dapat pula asertif apabila yang bersangkutan
ingin asertif. Mereka mempunyai internal focus of control. Merek adapat
mengontrol dirinya dengan baik.
4.
A
clear perception of reality
Orang yang sehat mentalnya mampu
mengadakan persepsi keadaan realita secara baik. Orang dapat membedakan mana
yang riil dan mana yang tidak. Orang yang demikian tidak mencampuradukkan
anatara yang riil dengna yang tidak riil, bersifat objektif, dan selalu melihat
realita seperti apa adanya.
5.
Balance
and moderation
Orang yang mentalnya sehat mempunyai
keseimbangan atau balance dalam kehidupannya. Mereka bekerja, tetapi juga
istirahat atau main; menangis, tetapi juga tertawa; mementingkan diri
(selfish), tetapi juga mementingkan sosial (altruistic); berpikir logis, tetapi
juga intuitif, pada dasarnya, kehidupan mereka selalu dalam keadaan
keseimbangan. Orang yang sehat mentalnya bersikap moderat, tidak ekstrim. Kalau
bersikap ekstrim dapat menimbulkan masalah.
6.
Love
of others
Orang yang sehat mentalnya akan
menyayangi sesama manusia, mereka tidak mempunyai sikap permusuhan terhadap
orang lain. Dengan demikian, mereka dapat diterima secara baik oleh orang-orang
lain, tidak timbul permusuhan, suasana adanya kedamaian.
7.
Love
of life
Orang yang sehat mentalnya akan
menyayangi kehidupan yang dihadapi. Apa yang dihadapi dalam kehidupannya selalu
diterima secara tulus dan penuh rasa sayang.
8.
Purpose
in life
Orang yang sehat
mentalnya menyadari dengan sepenuhnya tentang tujuan kehidupannya. Untuk apa
dan ke arah mana kehidupannya disadari dengan sepenuhnya, tidak ada
keragu-raguan dalam mengarungi kehidupannya.
·
Herber dan Runyon (1984), menyebutkan sejumlah prinsip-prinsip
kesehatan mental, sebagai berikut:
1.
Sikap
terhadap diri sendiri.
Mampu menerima diri sendiri apa
adanya, memiliki identitas diri yang jelas, mampu menilai kelebihan dan
kekurangan diri sendiri secara realistis.
2.
Persepsi
terhadap realita
Pandangan yang realistis
terhadap diri sendiri dan dunia sekitar yang meliputi orang lain maupun segala
sesuatu.
3.
Integrasi
Kepribadian yang menyatu
dan harmonis, bebas dari knflik-konflik batin yang mengakibatkan ketidakmampuan
dan memiliki toleransi yang baik terhadap stres.
4.
Kompetensi
Mengembangkan keterampilan mendasar
berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, emosional, dan sosial untuk dapat
melakukan koping terhadap masalah-masalah kehidupan.
5.
Otonomi
Memiliki ketetapan diri yang kuat,
bertanggung jawab, dan penentuan diri dan memiliki kebebasan yang cukup
terhadap pengaruh sosial.
6.
Pertumbuhan
dan aktualisasi diri
Mengembangkan
kecenderungan ke arah peningkatan kematangan, pengembangan potensi, dan
pemenuhan diri sebagai seorang pribadi.
7.
Relasi
interpersonal
Kemampuan untuk
membentuk dan memelihara relasi interpersonal yang intim.
8.
Tujuan
hidup
Tidak terlalu kaku untuk
mencapai kesempurnaan, tetapi membuat tujuan yang realistik dan masih di dalam
kemampuan individu.
·
Altrocchi, 1980; Lehtinen, 1989, prinsip-prinsip kesehatan mental
adalah sebagai berikut:
1.
Kesehatan
mental adalah lebih dari tiadanya perilaku abnormal.
Prinsip ini menegaskan bahwa yang
dikatakan sehat mentalnya tidak cukup kalau dikatakan sebagai orang yang tidak
mengalami abnormalitas atau orang yang normal. Karena pendekatan statistik
memberikan kelemahan pemahaman normalitas itu. Konsep kesehatan mental lebih
bermakna positif ketimbang makna keadaan umum atau normalitas sebagaimana
konsep statistik.
2.
Kesehatan
mental adalah konsep yang ideal.
Prinsip ini menegaskan bahwa kesehatan
mental menjadi tujuan yang amat tinggi bagi seseorang. Apalagi disadari bahwa
kesehatan mental itubersifat kontinum. Jadi sedapat mungkin orang mendapatkan
kondisi sehat yang paling optimal, dan berusaha terus untuk mencapai kondisi
sehat yang setinggi-tingginya.
3.
Kesehatan
mental sebagai bagian dan karakteristik kualitas hidup.
Prinsip ini menegaskan bahwa kualitas
hidup seseorang salah satunya ditunjukkan oleh kesehatan mentalnya. Tidak
mungkin membiarkan kesehatan mental seseorang untuk mencapai kualitas hidupnya
, atau sebaliknyakualitas hidup seseorang dapat dikatakan meningkay jika juga
terjadi peningkatan kesehatan mentalnya.
·
Siswanto, S.Psi., M.Si (2007)
1.
Bertingkah
laku menurut norma-norma sosial yang diakui
2.
Mampu
mengelola emosi
3.
Mampu
mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki
4.
Dapat
mengikuti kebiasaan-kebiasaan social
5.
Dapat
mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk
menuntun tingkah lakunya
6.
Mampu
menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang
7.
Mampu
belajar dari pengalaman
8.
Biasanya
gembira.
C. Paham-Paham
Kesehatan Mental Dalam Ilmu Pengetahuan Modren Dan Keislaman
Kesehatan
mental (mental hygiene) adalah ilmu meliputi sistem tentang prinsip-prinsip,
peraturan-peraturan serta produr-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani
(M. Bukhori: 13) Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dlam rohaninya
atau hatinya selalu merasa tenang , aman dan tentram. (M. Bukhori: 5). Menurut
H.C. Witherington, permasalahan kesehatan mental menyangkut pengetahuan serta
prinsip-prinsip yang terdapat dalam lapangan psikologi, kedokteran, psikiatri,
sosiologi dan agama. (M. Bukhori: 5).
Di dalam
ilmu kedokteran dikenal istilah psikosomatik (kejiwabadanan). Dimaksud dengan
istilah tersebut adalah untuk menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang erat
antara jiwa dan badan. Jika jiwa dalam keadaan yang tak normal seperti susah,
cemas, gelisah, maka badan turut menderita. Beberapa temuan di bidang
kedokteran dijumpai sejumlah kasus yang membuktikan adanya hubungan tersebut,
jiwa dan badan. Orang yang merasa takut langsung kehilangan nafsu makan, atau
buang-buang air. Atau dalam keadaan kesal dan jengkel, perut terasa menjadin
kembung. Itu semua merupakan cerminan adanya hubungan antara jiwa dan badan
sebagai hubungan timbal balik, jika jiwa sehat badan segar dan badan sehat jiwa
normal.
Di dalam
kedokteran dikenal beberapa macam pengobatan antara lain dengan menggunakan
bahan-bahan kimia, sorot sinar, pijat dan lain sebagainya. Selain itu juga
dikenal pengobatan tradisional seperti tusuk jarum (accupunetur), mandi uap, hingga
cara pengobatan perdukunan. (KH. S. S. Djam’an: 11). Dalam hubunganya antara
agama dan kesehatan mental. Menurut
Prof. Dr. Muhammad Mahmud Abd al-Kadir bahwa didalam tubuh manusia terdapat
sembilan jenis kelenjar hormon yang memproduksi persenyawaan-persenyawaan kimia
yang mempunyai pengaruh biokimia tertentu. Disalurkan melalui pembuluh darah
dan selanjutnya memberi pengaruh kepada eksistensi dan berbagai kegiatan tubuh.
Persenyawaan tersebut disebut hormon.
Lebih jauh
Muhammad Mahmud Abd al-Kadir berkesimpulan bahwa segala bentuk gejala emosi
seperti bahagia, emosi, rasa dendam, rasa marah, takut, berani, pengecut, cemas
yang ada dalam diri manusia akibat dari pengaruh persenyawaan-persenyawaan
kimia hormon, disamping persenyawaan
lainnya. Tetapi dalam kenyataannya kehidupan akal dan emosi manusia senantiasa
berubah dari waktu ke waktu.
Karena itu
selalu terjadi perubahan-perubahan kecil produksi hormon-hormon yang merupakan
unsiur dasar dari kesadaran dan rasa hati manusia, tepatnya perasaannya, kata
Abd al-Qadir. Tetapi jika terjadi perubahan yang terlampau lama, seperti panik,
takut, sedih yang berlangsung lama, akan timbul perubahan-perubahan kimia lain
yang akan mengakibatkan penyakit saraf kejiwaan. Hubungan penderita dengan
dunia lluar terputus, akal ditutupi oleh waham dan hayal yang membawanya jauh
dari kenyataan hidup normal.
Penderita
selalu hidup dalam keadaan cemas dan murung, kebahagian hilang, penuh keraguan,
takut, rasa berdosa, dengki dan rasa bersalah. Timbulnya penyakit emosi seperti
itu akibat dari kegoncangan dan hilangnya keseimbangan kimia tubuh seseorang.
Padahal tanpa diragukan, bila terjadi perubahan dalam proses pemikiran, akan
terjadi perubahan kimia dan biologi tubuh.
Besar
kecilnya perubahan itu tergantung dari kemampuan manusia menanggapi pengaruh
itu. Kalau terjadi keseimbangan maka akan kembali menjadi normal, adapun
pergeseran dari kondisi normal ke daerah yang berbahaya itu sangat tergantung
dari derajat keimanan seseorang yang tersimpan dalam diri manusia disamping
faktor susunan tubuh serta dalam atau dangkalnya rasa dan kesadaran manusia itu
(Muhammad Mahmud Abd. al-Qadir, 1979)
Penemuan
Muhammad Mahmud Abd. Al-Qadir seorang ulama dan ahli biokimia ini,
setidak-tidaknya memberi bukti akan adanya hubungan antara keyakinan agama
dengan kesehatan jiwa. Pengobatan penyakit batin melalui bantuan agama telah
banyak dipraktekkan orang. Dengan adnya gerakan Chritian Science kenyataan
seperti itu diperkuat oleh pengakuan ilmiah pula.
Dalam
gerakan ini dilakukan pengobatan pasien melalui kerjasama antara dokter,
psikiater dan ahli ilmu agama. Di sini tampak nilai manfaat dari ilmu jiwa
agama. Ibnu al-Qayyim al-Jauzi (691-751) pernah mengemukakan itu sejak abad ke
7 hijrah. Menurutnya dokter yang tidak dapat memberikan pengobatan pasien tanpa
memeriksa kejiwaannya dan tidak dapat memberikan pengobatan dengan berdasarkan
perbuatan amal saleh, menghubungkan diri dengan Allah dan mengingat harti
akhirat maka dokter tersebut bukanlah dokter dalam arti sebenarnya dan ia
hanyalah dokter yang picik.
Barangkali
hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama
sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap penyerahan diri
seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi (Allah). Sikap pasrah yang
serupa itu di duga akan memberikan sikap optimis pada diri seseorang sehingga
menuncul perasaan positif seperti bahagia, rasa senang, puas, sukses merasa
dicintai atau rasa aman. Sikap emosi yang demikian merupakan bagian dari
kebutuhan asasi manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan.
Maka dalam
kondisi yang serupa itu manusia berada dalam keadaan tenang dan normal yang
oleh Muhammad Mahmud Abd al-Qadir berada dalam keseimbangan persenyawaan kimia
dan hormon tubuh. (Jalaluddin, 2001).
Berapa
banyak orang yang berubah jalan hidup dan keyakinannya dalam waktu yang sangat
pendek, dari seorang pejahat besar, tiba-tiba menjadi orang yang baik, rajin
dan tekun beribadah seolah-olah ia dalam waktu yang sangat singkat dapat
berubah menjadi orang lain sama sekali. Dan sebaliknya pun juga terjadi orang
yang berubah dari patuh dan tunduk kepada agama menjadi orang yang suka lalai
dan menentang agama.
Hubungan
antara moral dan agama sebenarnya sangat erat, biasanya orang-orang yang
mengerti agama dan rajin melaksanakan ajaran agama dalam hidupnya , moralnya
dapat diperttanggung jawabkan. Sebaliknya orang-orang yang akhlaknya merosot,
biasanya keyakinannya terhadap agama kurang atau tidak sama sekali. (Etty
Kartikawati, dkk., 1997 :13).
Isalam
sebagai suatu agama yang bertujuan untuk membahagiakan dan meningkatkan
kwalitas sumber daya manusia, sudah jelas dalam ajaran-ajarannya memiliki
konsep kesehatan mental. Kerasulan Nabi Muhammad SAW kalau ditinjau dari segi
kejiwaan bertujuan untuk mendidik dan mengajar manusia, membersihkan dan
menyucikan jiwa dan akhlak, mengembangkan kehidupan etik, moral, dan
mental-spritual manusia, sebagaimana telah ditegaskan dalam Al-que’an surat Ali
Imran ayat 164:
Artinya:
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika
Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang
membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan
mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum
(kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Dapat pula
ditambahkan bahwa al-qur’an sebagai sumber utama ajaran islam adalah berfungsi
sebagai petunjuk, obat, rahmat, dan muu’izat, (pengajaran) bagi kehidupan jiwa
manusia dalam menuju kebahagian dan peningkatan kwalitasnya sebagai yang
ditegaskan oleh ayat-ayat berikut
a.
Surat
Maryam ayat 9
Tuhan berfirman:
"Demikianlah". Tuhan berfirman: "Hal itu adalah mudah bagi-Ku;
dan sesunguhnya telah aku ciptakan kamu sebelum itu, Padahal kamu (di waktu
itu) belum ada sama sekali".
b.
Surat
Maryam ayat 82
Artinya: “Sekali-kali
tidak. kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan
(pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan
menjadi musuh bagi mereka.”
c.
Surat
Yunus ayat 57
Artinya: “Hai
manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.”
Berdasarkan
kejelasan ayat-ayat di atas, dapat dikatakan semua misi dan tujuan dari ajaran
Al-qur’an yang berintikan kepada akidah, ibadah, syariat, akhlak dan muamalat
adalah bertujuan dan berperan bagi pengembangan sumber daya manusiayang
berkwalitas dan berbahagia.
Oleh
karena itu tidak mengherankan kalau ajaran agama Islam memiliki relevansi yang
tinggi dengan masalah kebahagian dan kwalitas sumber daya manusia dalam segala
aspek dan aktivitas kehidupannya.
lumayan juga tulisannya
BalasHapusMirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus