Cobaan tentang anak (LM. 1688)
حَدَّثَنَا بِشْرُ
بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ
قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي بَكْرِ بْنِ حَزْمٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ دَخَلَتْ امْرَأَةٌ مَعَهَا ابْنَتَانِ لَهَا
تَسْأَلُ فَلَمْ تَجِدْ عِنْدِي شَيْئًا غَيْرَ تَمْرَةٍ فَأَعْطَيْتُهَا إِيَّاهَا
فَقَسَمَتْهَا بَيْنَ ابْنَتَيْهَا وَلَمْ تَأْكُلْ مِنْهَا ثُمَّ قَامَتْ فَخَرَجَتْ
فَدَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْنَا فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ
مَنْ ابْتُلِيَ مِنْ هَذِهِ الْبَنَاتِ بِشَيْءٍ كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِنْ النَّارِ
Artinya : Aisyah r.a. berkata: Seorang wanita datang kepadanya membawa
dua putrinya minta-minta, karena aku tidak mempunyai apa-apa selain sebiji
kurma maka aku berikan kepadanya, lalu dibagi diantara kedua putrinya sedang ia
sendiri tidak makan, kemudian ia keluar. Maka masuklah Nabi saw. dan aku
beritahu keadaan wanita peminta-minta itu dengan kedua putrinya, lalu Nabi saw.
bersabda: Siapa yang diuji oleh Allah dengan putri-putri maka insya Allah kelak
akan menjadi dinding baginya dari api neraka. (Bukhari Muslim).
Pengajaran menghindarkan Kebosanan (LM.
1796)
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ
بْنُ أَبِي شَيْبَةَ قَالَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ
كَانَ عَبْدُ اللَّهِ يُذَكِّرُ النَّاسَ فِي كُلِّ خَمِيسٍ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا
أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ لَوَدِدْتُ أَنَّكَ ذَكَّرْتَنَا كُلَّ يَوْمٍ قَالَ أَمَا
إِنَّهُ يَمْنَعُنِي مِنْ ذَلِكَ أَنِّي أَكْرَهُ أَنْ أُمِلَّكُمْ وَإِنِّي أَتَخَوَّلُكُمْ
بِالْمَوْعِظَةِ كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّلُنَا
بِهَا مَخَافَةَ السَّآمَةِ عَلَيْنَا
Artinya : Abdullah bin Mas’ud r.a. biasa memberi nasihat kepada
orang-orang tiap hari kamis, dan ketika ditanya oleh seorang : Hai abu
Abdirrahman aku ingin sekira anda dapat memberi ajaran dan nasihat itu tiap
hari. Jawab Ibnu Masud : Sesungguhnya yang mencegah diriku untuk memberi
nasihat kepada kalian tiap hari itu, karena aku khawatir menjemukan kalian,
maka aku jarang-jarang memberi nasihat kepada kalian seperti Nabi saw. dahulu
berbuat sedemikian kepada kami khawatir menjemukan kami. (Bukhari Muslim).
Pendidikan anak
adalah perkara yang sangat penting di dalam Islam. Di dalam Al-Quran kita
dapati bagaimana Allah menceritakan petuah-petuah Luqman yang merupakan bentuk
pendidikan bagi anak-anaknya. Begitu pula dalam hadits-hadits Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, kita temui banyak juga bentuk-bentuk pendidikan
terhadap anak, baik dari perintah maupun perbuatan beliau mendidik anak secara
langsung.
Seorang pendidik, baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa
besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap
pendidikan putra-putri islam.
Hal pertama Bunda, tahukah dikau bahwa kesuksesan adalah cita-cita yang
panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi? Belumlah sukses jika anakmu
menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan
terbanyak. Belum Bunda, bahkan sebenarnya itu semua tak sepenting nilai
ketaqwaan. Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju ke Kesuksesan Sejati. Atau
bahkan, bisa jadi, itu semua malah menjadi penghalang Kesuksesan Sejati.
Gusti Allah Yang Maha Mencipta Berkata dalam KitabNya:
“Tiap-tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan
pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga,
maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3:185)
Begitulah Bunda, hidup ini hanya kesenangan yang menipu, maka janganlah
tertipu dengan tolok ukur yang semu. Pancangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu
di Negeri Abadi, ajarkanlah mereka tentang cita-cita ini. Bolehlah mereka
memiliki beragam cita-cita dunia, namun janganlah sampai ada yang tak mau punya
cita-cita Akhirat.
Kedua, setelah memancangkan cita-cita untuk anak-anakmu, maka cobalah
memulai memahami anak-anakmu. Ada dua hal yang perlu kau amati:
Pertama, amati sifat-sifat khasnya masing-masing. Tidak ada dua manusia
yang sama serupa seluruhnya. Tiap manusia unik. Pahami keunikan masing-masing,
dan hormati keunikan pemberian Allah SWT.
Kedua, Bunda, fahami di tahap apa saat ini si anak berada. Allah SWT
mengkodratkan segala sesuatu sesuai tahapan atau prosesnya.
Anak-anak yang
merupakan amanah pada kita ini, juga dibesarkan dengan tahapan-tahapan.
Tahapan sebelum kelahirannya merupakan alam arwah. Di tahap ini kita
mulai mendidiknya dengan kita sendiri menjalankan ibadah, amal ketaatan pada
Allah dan juga dengan selalu menjaga hati dan badan kita secara prima. Itulah
kebaikan-kebaikan dan pendidikan pertama kita pada buah hati kita.
Pendidikan anak dalam Islam, menurut Sahabat Ali bin Abitahalib ra, dapat
dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia:
1.
Tahap BERMAIN (“la-ibuhum”/ajaklah mereka
bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun.
2.
Tahap PENANAMAN DISIPLIN (“addibuhum”/ajarilah
mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun.
3.
Tahap KEMITRAAN (“roofiquhum”/jadikanlah mereka
sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas.
Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang
berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita
coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.
Hal ketiga
adalah memilih metode pendidikan. Setidaknya, dalam buku dua orang pemikir
Islam, yaitu Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih
’Ulwan (Tarbiyatul Aulad fil Islam), ada lima Metode Pendidikan dalam Islam.
Yang pertama adalah melalui Keteladanan atau Qudwah, yang kedua adalah
dengan Pembiasaan atau Aadah, yangketiga adalah melalui Pemberian Nasehat atau
Mau’izhoh, yang keempat dengan melaksanakan Mekanisme Kontrolatau Mulahazhoh,
sedangkan yang terakhir dan merupakan pengaman hasil pendidikan adalah Metode
Pendidikan melalui Sistem sangsi atau Uqubah.
Bunda, jangan
tinggalkan satu-pun dari ke lima metode tersebut, meskipun yang terpenting
adalah Keteladanan(sebagai metode yang paling efektif).
Setelah bicara Metode, ke empat adalah Isi Pendidikan itu sendiri.
Hal-hal apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka, sebagai amanah dari
Allah SWT.
Setidak-tidaknya
ada 7 bidang. Ketujuh Bidang Tarbiyah Islamiyah tersebut adalah: (1) Pendidikan
Keimanan (2) Pendidikan Akhlaq (3) Pendidikan Fikroh/ Pemikiran (4) Pendidikan
Fisik (5) Pendidikan Sosial (6) PendidikanKejiwaan/ Kepribadian (7) Pendidikan
Kejenisan (sexual education). Hendaknya semua kita pelajari dan ajarkan kepada
mereka.
Ke lima, kira-kira gambaran pribadi seperti apakah yang kita harapkan
akan muncul pada diri anak-anak kita setelah hal-hal di atas kita lakukan?
Mudah-mudahan seperti yang ada dalam sepuluh poin target pendidikan Islam ini:
Selamat
aqidahnya, Benar ibadahnya, Kokoh akhlaqnya, Mempunyai kemampuan untuk
mempunyai penghasilan, Jernih pemahamannya, Kuat jasmaninya, Dapat melawan hawa
nafsunya sendiri, Teratur urusan-urusannya, Dapat menjaga waktu, Berguna bagi
orang lain.
tolong tuliskan pengertian hadits yang pertama hadits tentang cobaan terhadap anak?
BalasHapus