Jumat, 05 Oktober 2012

Proposal Cinta


Sakura, nama gadis yang kini tengah duduk di sebelahku. Betapa cantik dan anggunya saat ia mengenakan gaun putih yang penuh dengan balutan pita berwarna pink itu. Entah apa yang kini ada di benaknya, ia seakan tak mampu berkata-kata saat sepucuk surat sampai ditangannya. Tak kusadari kini tetes bening itu mengalir dengan perlahan dari mata.
 “Via”. Katanya memulai pembicaraan padaku.
“Mengapa semua ini terjadi padaku Vi, apa semua yang telah berlalu belum cukup untuk membuat aku sakit, dan kini disaat aku mulai merasa bahagia mengenakan gaun pengatin yang begitu indah ini mengapa tak dapat ku kenakan sampai semua ini selesai,” rintihnya dengan mencoba terus tegar, walau aku sadar ia tak dapat lagi membendung tetesan demi tetesan asin yang mulai membanjiri pipi lembut itu.
Aku sadar kini Sakura kembali teringat akan semua masa lalu yang begitu pahit. Semua orang bisa saja mengalami hal itu tapi belum tentu akan serapuh Sakura. Gadis yang hidup penuh dengan kemewahan tapi tak pernah mewah dengan kasih sayang, tak pernah mewah dengan rasa cinta. Tante Viona Ibunya telah lama tiada, sedangkan Om Fauzi Ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Semenjak kepergian tante Viona, Om Ozzi memang selalu mencari kesibukan sendiri, itu semua  dilakukan demi menghindarkan pikirannya akan bayangan tante Viona.
“Vi, saat ini hanya kamu yang aku miliki, jangan pernah tinggalkan aku ya Vi”, ucapnya.
Kupeluk Ia erat-erat. Entah apa yang harus kukatakan, bagiku Ia sangat lah berharga. Sakura sudah seperti keluarga bagiku dan juga Ibu. Om Ozzi pun juga dekat dengan Ibu meski beliau berdua sangat jarang bertemu. Ibu pernah bilang, kalau ternyata selama ini Om Ozzi selalu mengirimi mereka uang untuk biaya Sakura, menurut Ibu beliau sengaja tidak memberi tahu aku dan Sakura karena Ia takut kalau Sakura akan marah padanya.
Bukan lah uang yang diinginkan gadis malang itu, tapi kasih sayang yang lengkap dari keluarganya. Bahkan Sakura pernah meminta agar ayah mau menikah dengan Ibu, karena Sakura sangat menyayangi Ibu sama seperti ia menyayangi tante Viona.
“Aku akan selalu ada untukmu sahabatku, bagiku kamu bukan hanya sekedar sahabat dihati tamu saudara dalam keluargaku”. Jawabku dengan penuh keyakinan.
“Terimakasih ya Vi, aku tidak akan pernah melupakan semua kebaikanmu”.
Berat bagiku untuk dapat meyakinkan Sakura bahwa tak semua orang di Dunia ini sama. Walau bagaimana pun semua itu harus tetap aku usahakan. Aku tidak ingin sahabatku selalu berada dalam ketakutan yang sesungguhnya tak perlu untuk dihiraukan.
***
Nanda, laki-laki yang sangat dicintai Sakura, laki-laki yang seharusnya kini telah bersanding dengannya dipelaminan itu. Namun entah apalagi yang mengganggu fikirkan laki-laki kekar yang tampan itu. Dan mengapa hanya sepucuk surat yang ia tinggalkan untuk Sakura. Surat yang sesungguhnya tak berarti bagi seorang gadis yang telah ditinggal pergi di hari pernikahannya.
Om Ozzi mencoba menenangkan putrid kesayanganya itu, tapi Sakura tidak memperdulikan perhatian ayahnya itu. Lagi-lagi Om Ozzi hanya terdiam melihat perlakuan Sakura. Memang bukan kali pertama Sakura memperlakukannya seperti itu. Andai Sakura tahu bahwa selama ini ayahnya tak pernah sekali pun lari dari kehidupannya. Bila diingat-ingat lagi selama ini Om Ozzi selalu setia mendampingi Sakura kemana pun ia pergi. Tapi sayang, semua itu secara sembunyi-sembunyi.
Nanda. Aku sendiri juga heran mengapa ia tak perah menjelaskan permasalahan itu dari dulu. Mengapa saat semua hanya butuh penyelesaian akhir namun berakhir tanpa kebahagian yang diharapkan.
Sayang aku tak tahu apa yang dapat kuperbuat, semua berlalu belalu dengan begitu cepat. Jujur aku katakan, aku tak dapat pungkuri rasa yang kita miliki, tapi apa yang harus kuperbuat. Rasa sayang yang kita miliki tak dapat bersatu, rasa itu mampu dikalahkan oleh hokum adat yang kita miliki. Aku yakin kamu adalah orang kuat. Aku akan belajar untuk dapat memahami semua ini. Maaf kan diri ini yang tak sangggup berdiri tegap disampungmu dan mengucapkan janji suci yang akan mengikat kita untuk selamanya. Salam rindu dan sayang slalu untuk mu Sakura sayang”.
Ya ........itulah kata yang yang ditinggalkannya didalam selembar kertas yang ia tujukan pada Sakura. Tak sadarkah bahwa semua itu hanya bisa menyakiti perasaan gadis malang itu. Tapi dari isi surat yang ia tinggalkan sepertinya Nanda sangat menyadri aka apa yang diperbuatnya itu salah. Namun Nanda juga tak bisa berbuat apa-apa. Sebab bila hukum adat yang telah berbicara kita selaku penduduk tak akan mampu berbuat apa-apa.
Sekarang apa yang dapat aku lakukan dan apa yang harus aku katakan pada Sakura. Betapa hancur hatinya saat ia sadar bahwa kini Nanda benar-benar tak dapat dimilikinya.
Hukum adat yang tak akan pernah dapat ia tentang sampai kapan pun. Semua yang kini telah terjadi diantara keduanya hanya tinggal kenangan , kenagan yang tak akan mungkin dapat dilupakan oleh semua. Terutama Sakura, terlalu berat semua ini baginya.
“Ra, aku yakin kamu adalah orang yang kuat, kamu pasti mampu melewati semua ini, aku tidak akan pernah meninggalkan mu”, ucapku.
“Makasih ya Vi, mungkin semua ini lah jawaban dari keragu-raguan ku selama ini Vi.”
Entah keragu-raguan apa yang dimaksud Sakura. Aku tak ingin terlalu banyak bertnya. Karena aku tahu bahwa Sakura saat ini pasti sangat lelah. Lebih baik aku memintanya untuk beristirahat di kamar.
“Ra, sekarang kamu istirahat ya, jangan banyak fikiran. Setiap pertannyaan akan selalu ada jawabannya, dan setiap permasalahan akan selalu ada penyelesaiannya,” ucapku degan senyum tipis untuk menggoda semangatnya.
Kejadian hari ini membuat aku teringat bagaimana dulu Sakura berusaha mendapatkan cinta Nanda. Nanda senior kami di kampus. Aku juga tidak tahu pasti apa yang membuat Sakura begitu mengagumi sosok laki-laki yang bertinggi 173 ini. Secara fisik Nanda tidaklah terlalu menarik, berkulit sedang dan mata yang coklat. Satu hal yang aku tahu, Sakura sangat suka anak band yang bermata coklat. Ya , itu semua memang ada pada Nanda. Selain itu ia juga seorang vokalis di band.
***
Nanda dan Sakura berbeda jurusan. Sakura mengenal Nanda pada saat ia begabung dengan unit kegiatan mahasiswa, music. Perkenalan yang singkat membuat Sakura terbuai dalam rasanya sendiri. Awalnya Nanda tak pernah memiliki perasaan khusus padanya. Hanya Sakura yang mati-matian mendekati. Datang setiap hari ke UKM hanya untuk mencari Nanda. Lama kelamaan perhatian itu membuat Nanda merasa heran dan aneh, bukan hanya di UKM saja Sakura melakukan hal itu tetapi juga di fakultas. Terkadang Sakura rela datang lebih awal dari jam kuliah. Untuk apa lagi kalau bukan untuk melihat pangerannya. Pangeran, ya itulah gelar yang diberi Sakura pada laki-laki yang menurutku biasa-biasa saja. Namun sebagai seorang sahabat aku tetap memberi semangat pada Sakura, karena aku sadar sangat sulit bagi Sakura untuk menemukan orang yang dia suka. Sakura sangat sulit untuk jatuh cinta. Tapi sangat sering untuk jatuh pada kesalahan yang sama. Walau bagaimana pun dia sahabatku. Sekarang dan selamanya.
Sampai-sampai Sakura berani membuat sebuah pusi cinta dan itu ia masukan dikoran kampus. Beruntunglah untuk siapa puisi itu di tujukan tidak ada yang mengetahui kecuali aku. Dan hingga suatu hari ia ketika hendak membuat proposal untuk UKM, ternyata malah sebuah proposal cinta yang lengkap dengan anggaran-anggaran puisi romantis yang dibuatnya. Aku pun heran, mengapa malah proposal itu yang ia ketik. Padahal besok adalah dateline untuk proposal kegiatan yang di adakan UKM. Hal hasil, keesokan hari itu pun ia harus rela dimarahi habis-habisan oleh bang Ben, ketua UKM.
Berbicara masalah proposal cinta yang ia tulis menurut Sakura, itu akan ia serahkan pada saat Nanda selesai melakukan seminar proposal wisudanya. Dan itu sekitar tiga bulan lagi. Hari demi hari ia jalani dengan terus memperhatikan Nanda.
Setiap hari Sakura selalu mencari informasi tentangnya. Saat Nanda mulai menyadari semua itu, ia mulai mengelak dan menghindari Sakura. Betapa aku merasa iba saat aku melihat Nanda menghardik Sakura, hanya karena ia nggak ingin diperlakukan seperti itu oleh gadis manis yang padahal juga menjadi idola di kampus. Apa yang kurang dari Sakura sebenarnya hingga ia begitu membenci Sakura.
“Ra, gue mohon ma loe, hentikan semua itu. Karena kita nggak mungkin bersama. Loe ingat kan aturan yang ada di UKM, tidak memperbolehkan anggotanya untuk menjalin hubungan selain dari kekeluargaan, dan itu artinya nggak mungkin bagi kita bersatu,” ucapnya dengan sangat marah.
Aku sendiri heran dari mana Nanda tahu kalau Sakura memang menyukainya. Selama ini Sakura selalu memendam rasa itu karena ia juga menghargai aturan di UKM-nya yang tidak memperbolehkan sesama anggota untuk pacaran. Mungkin Nanda merasa risih dengan perhatian yang diberikan Sakura. Ya, memang aku akui, Sakura sangat perhatian pada Nanda, melebihi perhatiannya pada diri sendiri.
Beruntunglah semua perkataan Nanda tak terlalu membuat Sakura jatuh. Karena apa pun kesalahan Nanda pasti akan selalu di lupakannya dan akan dengan cepat ia maafkan.
Dua bulan semenjak kejadian itu berlalu. Sakura pun teringat akan proposal yang ia janjikan. Hari itu adalah hari di mana Nanda melakukan seminar proposalnya. Setelah selesai, aku menemani Sakura bertemu Nanda untuk menyerahkan proposal cinta yang telah ia siapkan dari dua bulan yang lalu.
“Kak, aku ke sini bukan untuk mencari masalah dengan kakak, tapi hanya ingin menyerahkan ini. Kakak nggak harus baca sekarang. Tapi aku harap kakak akan membacanya sehari sebelum hari wisuda kakak. Aku nggak menuntut apapun dari kakak, maafkan aku ya kak. Semoga sukses,” ucapan itu terdengar sangat manis dan penuh rasa haru. Tanpa menunggu jawaban dari laki-laki itu Sakura langsung saja menarik tanganku. Dan berlalu meninggalkan laki-laki itu.
Selang beberapa minggu setelah itu Sakura tak pernah lagi menemui Nanda, dan semua kebiasaan yang berhubungan dengan Nanda tak pernah lagi ia lakukan. Belakangan Sakura mengetahui bahwa Nanda tengah sibuk mempersiapkan skripsinya. Bulan depan ia akan diwisuda, dan itu berarti Sakura benar-benar tak akan pernah melihat pengerannya itu lagi.
Satu hal yang mengejutkan, sehari sebelum hari wisuda Nanda menelpon Sakura.
“Ra, besok aku wisuda, kamu datang ya.” Tanpa mendengarkan jawaban Sakura Nanda langsung saja menutup telpon.
“Vi, apa aku harus datang pada wisudanya?” ucap gadis itu pelan.
“Datanglah, itu sebuah ajakan yang baik, bukankah selama ini kamu juga nggak pernah dendam padanya,”jawabku.
“Baiklah, aku akan datang tapi aku ingin kamu menemaniku, ya Vi”
“Tentu saja Sakuraku sayang,” tambahku lagi.
***
“Hai Ra, aku kira kamu nggak datang,” ucap laki-laki itu saat menghampiri kami.
Sesaat Sakura hanya terlihat diam, mungkin ia terpesona karena melihat ketampanan Nanda. Pastilah benih-benih kasih itu tumbuh lagi.
Nanda terlihat tambah keren dengan toga yang ia kenakan itu. Oh Tuhan, pasti gadis ini akan kembali menangis setelah pulang nanti, bagaimana tidak kali ini ia benar-benar terlihat bagai seorang pangeran sungguhan.
“Hai juga kak, aku nggak mungkin biarin kakak diwisuda tanpa kehadiran adikmu ini kak,” ucapnya pelan dan penuh dengan senyuman.
Semenjak bentakan dan hardikan di belakang gedung fakultas itu pulalah sakura memutuskan untuk menganggap bahwa Nanda adalah kakaknya. Karena memang menurut aturan yang ada dia memang lebih tua dari kami.
“Ra, maafin aku ya, dulu terlallu banyak tekanan yang membuat aku menjadi uring-uringan dan selalu lepas control, kamu mau kan maafin aku,” Tanya laki-laki itu dengan penuh pengharapan agar Sakura mau memaafkannya.
“Tentu kak, aku nggak pernah marah sama kakak, bagiku semua yang telah berlalu, biarlah berlalu,”
“Benarkah Ra?”
“Ya kak,” jawabnya datar.
Entah angina pa yang telah membuat Nanda tiba-tiba saja berubah dan meminta maaf pada Sakura. Aku heran bisakah orang yang dulunya sangat emosional hanya karena diperhatikan dan kemudian berbalik sangat baik hati. Tiba-tiba saja hal yang tak kuduga sebelumnya terjadi. Tangan dingin laki-laki yang dikagumi Sakura itu memeluk tubuh gemuk Sakura. “sebenarnya juga tidak terlalu gemuk, sedanglah untuk ukuran cewek”.hehehe
“Ra, ingatkah kamu pada proposal yang pernah kau ajukan padaku?”
Sakura hanya mengangguk pelan dengan penuh rasa heran.
“Dan ingatka kau memintanya agar aku membacanya sehari sebelum aku diwisuda?” tambahnya.
Lagi-lagi Sakura hanya mengangguk kecil. Namun kali ini tubuh gadis itu terlihat sedikit gemetar. Dan kulihat keringat dingin mulai mengali dari dahinya. Mungkin ia trauma bila teringat akan haridikan yang pernah diberikan Nanda. Mungkinkah kali ini itu akan lebih para dari sebelumnya. Namun tiba-tiba sebua pernyataan aneh itu meluncur dari bibir tipis laki-laki itu.
“Aku sayang kamu, will you married me?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar