Sakura,
nama gadis yang kini tengah duduk di sebelahku. Betapa cantik dan anggunya saat
ia mengenakan gaun putih yang penuh dengan balutan pita berwarna pink itu.
Entah apa yang kini ada di benaknya, ia seakan tak mampu berkata-kata saat
sepucuk surat sampai ditangannya. Tak kusadari kini tetes bening itu mengalir
dengan perlahan dari mata.
“Via”.
Katanya memulai pembicaraan padaku.
“Mengapa
semua ini terjadi padaku Vi, apa semua yang telah berlalu belum cukup untuk
membuat aku sakit, dan kini disaat aku mulai merasa bahagia mengenakan gaun
pengatin yang begitu indah ini mengapa tak dapat ku kenakan sampai semua ini
selesai,” rintihnya dengan mencoba terus tegar, walau aku sadar ia tak dapat
lagi membendung tetesan demi tetesan asin yang mulai membanjiri pipi lembut
itu.
Aku
sadar kini Sakura kembali teringat akan semua masa lalu yang begitu pahit.
Semua orang bisa saja mengalami hal itu tapi belum tentu akan serapuh Sakura.
Gadis yang hidup penuh dengan kemewahan tapi tak pernah mewah dengan kasih
sayang, tak pernah mewah dengan rasa cinta. Tante Viona Ibunya telah lama tiada,
sedangkan Om Fauzi Ayahnya selalu sibuk dengan pekerjaannya. Semenjak kepergian
tante Viona, Om Ozzi memang selalu mencari kesibukan sendiri, itu semua
dilakukan demi menghindarkan pikirannya akan bayangan tante Viona.
“Vi,
saat ini hanya kamu yang aku miliki, jangan pernah tinggalkan aku ya Vi”,
ucapnya.
Kupeluk
Ia erat-erat. Entah apa yang harus kukatakan, bagiku Ia sangat lah berharga.
Sakura sudah seperti keluarga bagiku dan juga Ibu. Om Ozzi pun juga dekat
dengan Ibu meski beliau berdua sangat jarang bertemu. Ibu pernah bilang, kalau
ternyata selama ini Om Ozzi selalu mengirimi mereka uang untuk biaya Sakura,
menurut Ibu beliau sengaja tidak memberi tahu aku dan Sakura karena Ia takut
kalau Sakura akan marah padanya.
Bukan
lah uang yang diinginkan gadis malang itu, tapi kasih sayang yang lengkap dari
keluarganya. Bahkan Sakura pernah meminta agar ayah mau menikah dengan Ibu,
karena Sakura sangat menyayangi Ibu sama seperti ia menyayangi tante Viona.
“Aku
akan selalu ada untukmu sahabatku, bagiku kamu bukan hanya sekedar sahabat
dihati tamu saudara dalam keluargaku”. Jawabku dengan penuh keyakinan.
“Terimakasih
ya Vi, aku tidak akan pernah melupakan semua kebaikanmu”.
Berat
bagiku untuk dapat meyakinkan Sakura bahwa tak semua orang di Dunia ini sama.
Walau bagaimana pun semua itu harus tetap aku usahakan. Aku tidak ingin
sahabatku selalu berada dalam ketakutan yang sesungguhnya tak perlu untuk
dihiraukan.
***
Nanda,
laki-laki yang sangat dicintai Sakura, laki-laki yang seharusnya kini telah
bersanding dengannya dipelaminan itu. Namun entah apalagi yang mengganggu
fikirkan laki-laki kekar yang tampan itu. Dan mengapa hanya sepucuk surat yang
ia tinggalkan untuk Sakura. Surat yang sesungguhnya tak berarti bagi seorang
gadis yang telah ditinggal pergi di hari pernikahannya.
Om Ozzi
mencoba menenangkan putrid kesayanganya itu, tapi Sakura tidak memperdulikan
perhatian ayahnya itu. Lagi-lagi Om Ozzi hanya terdiam melihat perlakuan
Sakura. Memang bukan kali pertama Sakura memperlakukannya seperti itu. Andai
Sakura tahu bahwa selama ini ayahnya tak pernah sekali pun lari dari
kehidupannya. Bila diingat-ingat lagi selama ini Om Ozzi selalu setia
mendampingi Sakura kemana pun ia pergi. Tapi sayang, semua itu secara
sembunyi-sembunyi.
Nanda.
Aku sendiri juga heran mengapa ia tak perah menjelaskan permasalahan itu dari
dulu. Mengapa saat semua hanya butuh penyelesaian akhir namun berakhir tanpa
kebahagian yang diharapkan.
“Sayang
aku tak tahu apa yang dapat kuperbuat, semua berlalu belalu dengan begitu
cepat. Jujur aku katakan, aku tak dapat pungkuri rasa yang kita miliki, tapi
apa yang harus kuperbuat. Rasa sayang yang kita miliki tak dapat bersatu, rasa
itu mampu dikalahkan oleh hokum adat yang kita miliki. Aku yakin kamu adalah
orang kuat. Aku akan belajar untuk dapat memahami semua ini. Maaf kan diri ini
yang tak sangggup berdiri tegap disampungmu dan mengucapkan janji suci yang
akan mengikat kita untuk selamanya. Salam rindu dan sayang slalu untuk mu
Sakura sayang”.
Ya
........itulah kata yang yang ditinggalkannya didalam selembar kertas yang ia
tujukan pada Sakura. Tak sadarkah bahwa semua itu hanya bisa menyakiti perasaan
gadis malang itu. Tapi dari isi surat yang ia tinggalkan sepertinya Nanda
sangat menyadri aka apa yang diperbuatnya itu salah. Namun Nanda juga tak bisa
berbuat apa-apa. Sebab bila hukum adat yang telah berbicara kita selaku
penduduk tak akan mampu berbuat apa-apa.
Sekarang
apa yang dapat aku lakukan dan apa yang harus aku katakan pada Sakura. Betapa
hancur hatinya saat ia sadar bahwa kini Nanda benar-benar tak dapat
dimilikinya.
Hukum
adat yang tak akan pernah dapat ia tentang sampai kapan pun. Semua yang kini
telah terjadi diantara keduanya hanya tinggal kenangan , kenagan yang tak akan
mungkin dapat dilupakan oleh semua. Terutama Sakura, terlalu berat semua ini
baginya.
“Ra, aku
yakin kamu adalah orang yang kuat, kamu pasti mampu melewati semua ini, aku
tidak akan pernah meninggalkan mu”, ucapku.
“Makasih
ya Vi, mungkin semua ini lah jawaban dari keragu-raguan ku selama ini Vi.”
Entah
keragu-raguan apa yang dimaksud Sakura. Aku tak ingin terlalu banyak bertnya.
Karena aku tahu bahwa Sakura saat ini pasti sangat lelah. Lebih baik aku
memintanya untuk beristirahat di kamar.
“Ra,
sekarang kamu istirahat ya, jangan banyak fikiran. Setiap pertannyaan akan
selalu ada jawabannya, dan setiap permasalahan akan selalu ada
penyelesaiannya,” ucapku degan senyum tipis untuk menggoda semangatnya.
Kejadian
hari ini membuat aku teringat bagaimana dulu Sakura berusaha mendapatkan cinta
Nanda. Nanda senior kami di kampus. Aku juga tidak tahu pasti apa yang membuat
Sakura begitu mengagumi sosok laki-laki yang bertinggi 173 ini. Secara fisik
Nanda tidaklah terlalu menarik, berkulit sedang dan mata yang coklat. Satu hal
yang aku tahu, Sakura sangat suka anak band yang bermata coklat. Ya , itu semua
memang ada pada Nanda. Selain itu ia juga seorang vokalis di band.
***
Nanda
dan Sakura berbeda jurusan. Sakura mengenal Nanda pada saat ia begabung dengan
unit kegiatan mahasiswa, music. Perkenalan yang singkat membuat Sakura terbuai
dalam rasanya sendiri. Awalnya Nanda tak pernah memiliki perasaan khusus
padanya. Hanya Sakura yang mati-matian mendekati. Datang setiap hari ke UKM
hanya untuk mencari Nanda. Lama kelamaan perhatian itu membuat Nanda merasa
heran dan aneh, bukan hanya di UKM saja Sakura melakukan hal itu tetapi juga di
fakultas. Terkadang Sakura rela datang lebih awal dari jam kuliah. Untuk apa
lagi kalau bukan untuk melihat pangerannya. Pangeran, ya itulah gelar yang
diberi Sakura pada laki-laki yang menurutku biasa-biasa saja. Namun sebagai
seorang sahabat aku tetap memberi semangat pada Sakura, karena aku sadar sangat
sulit bagi Sakura untuk menemukan orang yang dia suka. Sakura sangat sulit
untuk jatuh cinta. Tapi sangat sering untuk jatuh pada kesalahan yang sama.
Walau bagaimana pun dia sahabatku. Sekarang dan selamanya.
Sampai-sampai
Sakura berani membuat sebuah pusi cinta dan itu ia masukan dikoran kampus.
Beruntunglah untuk siapa puisi itu di tujukan tidak ada yang mengetahui kecuali
aku. Dan hingga suatu hari ia ketika hendak membuat proposal untuk UKM,
ternyata malah sebuah proposal cinta yang lengkap dengan anggaran-anggaran
puisi romantis yang dibuatnya. Aku pun heran, mengapa malah proposal itu yang ia
ketik. Padahal besok adalah dateline untuk proposal kegiatan yang di adakan
UKM. Hal hasil, keesokan hari itu pun ia harus rela dimarahi habis-habisan oleh
bang Ben, ketua UKM.
Berbicara
masalah proposal cinta yang ia tulis menurut Sakura, itu akan ia serahkan pada
saat Nanda selesai melakukan seminar proposal wisudanya. Dan itu sekitar tiga
bulan lagi. Hari demi hari ia jalani dengan terus memperhatikan Nanda.
Setiap
hari Sakura selalu mencari informasi tentangnya. Saat Nanda mulai menyadari
semua itu, ia mulai mengelak dan menghindari Sakura. Betapa aku merasa iba saat
aku melihat Nanda menghardik Sakura, hanya karena ia nggak ingin diperlakukan
seperti itu oleh gadis manis yang padahal juga menjadi idola di kampus. Apa
yang kurang dari Sakura sebenarnya hingga ia begitu membenci Sakura.
“Ra, gue
mohon ma loe, hentikan semua itu. Karena kita nggak mungkin bersama. Loe ingat
kan aturan yang ada di UKM, tidak memperbolehkan anggotanya untuk menjalin
hubungan selain dari kekeluargaan, dan itu artinya nggak mungkin bagi kita
bersatu,” ucapnya dengan sangat marah.
Aku
sendiri heran dari mana Nanda tahu kalau Sakura memang menyukainya. Selama ini
Sakura selalu memendam rasa itu karena ia juga menghargai aturan di UKM-nya
yang tidak memperbolehkan sesama anggota untuk pacaran. Mungkin Nanda merasa
risih dengan perhatian yang diberikan Sakura. Ya, memang aku akui, Sakura
sangat perhatian pada Nanda, melebihi perhatiannya pada diri sendiri.
Beruntunglah
semua perkataan Nanda tak terlalu membuat Sakura jatuh. Karena apa pun
kesalahan Nanda pasti akan selalu di lupakannya dan akan dengan cepat ia
maafkan.
Dua
bulan semenjak kejadian itu berlalu. Sakura pun teringat akan proposal yang ia
janjikan. Hari itu adalah hari di mana Nanda melakukan seminar proposalnya.
Setelah selesai, aku menemani Sakura bertemu Nanda untuk menyerahkan proposal
cinta yang telah ia siapkan dari dua bulan yang lalu.
“Kak,
aku ke sini bukan untuk mencari masalah dengan kakak, tapi hanya ingin
menyerahkan ini. Kakak nggak harus baca sekarang. Tapi aku harap kakak akan
membacanya sehari sebelum hari wisuda kakak. Aku nggak menuntut apapun dari
kakak, maafkan aku ya kak. Semoga sukses,” ucapan itu terdengar sangat manis
dan penuh rasa haru. Tanpa menunggu jawaban dari laki-laki itu Sakura langsung
saja menarik tanganku. Dan berlalu meninggalkan laki-laki itu.
Selang
beberapa minggu setelah itu Sakura tak pernah lagi menemui Nanda, dan semua
kebiasaan yang berhubungan dengan Nanda tak pernah lagi ia lakukan. Belakangan
Sakura mengetahui bahwa Nanda tengah sibuk mempersiapkan skripsinya. Bulan
depan ia akan diwisuda, dan itu berarti Sakura benar-benar tak akan pernah
melihat pengerannya itu lagi.
Satu hal
yang mengejutkan, sehari sebelum hari wisuda Nanda menelpon Sakura.
“Ra,
besok aku wisuda, kamu datang ya.” Tanpa mendengarkan jawaban Sakura Nanda
langsung saja menutup telpon.
“Vi, apa
aku harus datang pada wisudanya?” ucap gadis itu pelan.
“Datanglah,
itu sebuah ajakan yang baik, bukankah selama ini kamu juga nggak pernah dendam
padanya,”jawabku.
“Baiklah,
aku akan datang tapi aku ingin kamu menemaniku, ya Vi”
“Tentu
saja Sakuraku sayang,” tambahku lagi.
***
“Hai Ra,
aku kira kamu nggak datang,” ucap laki-laki itu saat menghampiri kami.
Sesaat
Sakura hanya terlihat diam, mungkin ia terpesona karena melihat ketampanan
Nanda. Pastilah benih-benih kasih itu tumbuh lagi.
Nanda
terlihat tambah keren dengan toga yang ia kenakan itu. Oh Tuhan, pasti gadis
ini akan kembali menangis setelah pulang nanti, bagaimana tidak kali ini ia
benar-benar terlihat bagai seorang pangeran sungguhan.
“Hai
juga kak, aku nggak mungkin biarin kakak diwisuda tanpa kehadiran adikmu ini
kak,” ucapnya pelan dan penuh dengan senyuman.
Semenjak
bentakan dan hardikan di belakang gedung fakultas itu pulalah sakura memutuskan
untuk menganggap bahwa Nanda adalah kakaknya. Karena memang menurut aturan yang
ada dia memang lebih tua dari kami.
“Ra,
maafin aku ya, dulu terlallu banyak tekanan yang membuat aku menjadi
uring-uringan dan selalu lepas control, kamu mau kan maafin aku,” Tanya
laki-laki itu dengan penuh pengharapan agar Sakura mau memaafkannya.
“Tentu
kak, aku nggak pernah marah sama kakak, bagiku semua yang telah berlalu,
biarlah berlalu,”
“Benarkah
Ra?”
“Ya
kak,” jawabnya datar.
Entah
angina pa yang telah membuat Nanda tiba-tiba saja berubah dan meminta maaf pada
Sakura. Aku heran bisakah orang yang dulunya sangat emosional hanya karena
diperhatikan dan kemudian berbalik sangat baik hati. Tiba-tiba saja hal yang tak
kuduga sebelumnya terjadi. Tangan dingin laki-laki yang dikagumi Sakura itu
memeluk tubuh gemuk Sakura. “sebenarnya juga tidak terlalu gemuk, sedanglah
untuk ukuran cewek”.hehehe
“Ra,
ingatkah kamu pada proposal yang pernah kau ajukan padaku?”
Sakura
hanya mengangguk pelan dengan penuh rasa heran.
“Dan
ingatka kau memintanya agar aku membacanya sehari sebelum aku diwisuda?”
tambahnya.
Lagi-lagi
Sakura hanya mengangguk kecil. Namun kali ini tubuh gadis itu terlihat sedikit
gemetar. Dan kulihat keringat dingin mulai mengali dari dahinya. Mungkin ia
trauma bila teringat akan haridikan yang pernah diberikan Nanda. Mungkinkah
kali ini itu akan lebih para dari sebelumnya. Namun tiba-tiba sebua pernyataan
aneh itu meluncur dari bibir tipis laki-laki itu.
“Aku
sayang kamu, will you married me?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar